Bak Iblis, Vlad III Menggemari Penyiksaan dan Bersikap Sadis
Vlad III, yang biasa disebut sebagai Vlad the Impaler, memerintah Wallachia (sekarang Rumania) pada pertengahan abad kelima belas. Meskipun pemerintahan Vlad terfragmentasi, ia meninggalkan warisan yang terkenal.
Jacob Wilkins menulis kepada History of Yesterday dalam artikel berjudul "4 Medieval Rulers Who Committed Horrific Acts of Evil" yang terbit pada 24 Juni 2022. Ia menyebut bahwa sikap Vlad III amatlah jahat dan keji.
Sebagai sosok pemimpin, Vlad III memiliki kegemaran dalam mengeksekusi rakyatnya. "Metode eksekusi favorit Vlad adalah menusuk korbannya pada tiang kayu yang tajam," imbuh Wilkins.
Nama 'The Impaler' memang pantas. Kekejaman Vlad terkenal, bahkan selama hidupnya sendiri. Penyulaan adalah metode eksekusi yang disukainya.
Tiang kayu ini diminyaki di ujungnya dan dimasukkan ke dalam perut atau anus, menyebabkan kematian yang lambat dan menyakitkan. Hukuman lain termasuk dikuliti hidup-hidup atau organ seksualnya diambil.
Orang buangan sosial (sampah masyarakat), pezina, wanita yang dinyatakan sudah tidak suci, dan anggota aristokrasi sering menjadi sasaran metode penyiksaannya.
Bukan tanpa alasan, "Vlad memang memiliki dendam terhadap para bangsawan (bangsawan berpangkat tinggi), karena mereka telah membunuh ayah dan kakak laki-lakinya," terusnya.
Lapar akan balas dendam, Vlad menusuk anggota bangsawan yang lebih tua dan memaksa yang lebih muda untuk bekerja di Kastil Poenari.
Sementara dia dengan kejam menghukum pelanggar hukum dan bangsawan yang bekerja melawannya, dia juga membantu membangun kembali dan menstabilkan negaranya, yang telah mengalami pergolakan dan peperangan selama bertahun-tahun.
Ia memang dikenal juga dengan kegilaannya. Satu cerita mengisahkan tentang Vlad yang makan di medan pertempuran, di antara tentara yang baru saja dia kalahkan. Ia mencelupkan rotinya ke dalam lumuran darah tentara lawan yang tewas sebagai selai rotinya, lalu memakannya!
Kisah lain menggambarkan dua utusan Turki yang datang mengunjungi Vlad, tetapi menolak untuk melepas sorban mereka. Sebagai tanggapan, Vlad memakukan sorban itu ke kepala mereka, sehingga mereka tidak akan pernah bisa melepasnya lagi.
Dalam sebuah surat yang Vlad gubah pada 1462, ia menulis: "Kami membunuh 23.884 orang Turki tanpa menghitung mereka yang kami bakar di rumah atau orang Turki yang kepalanya dipenggal oleh tentara kita …"
Namun, Ottoman tak tinggal diam. Vlad jadi incaran utama mereka. "Akhirnya, pemerintahan mengerikan Vlad berakhir ketika ia dibunuh oleh Ottoman. Kepalanya dipenggal, dikirim kembali ke Konstantinopel, dan dipajang di atas tongkat," pungkas Wilkins.
Comments
Post a Comment