Lapis Niger dari Romawi, Tempat Suci Misterius yang Dilupakan
Lapis Niger adalah suaka atau tempat suci kuno dan sisa-sisa Comitium di Roma. Beberapa orang Roma meyakini tempat ini sebagai makam suci yang dihormati dari pendiri kota yang legendaris, Romulus.
Keberadaan Lapis Niger, yang berarti "Batu Hitam" dalam bahasa Latin, pertama kali terungkap dalam serangkaian penggalian oleh Giacomo Boni pada tahun 1899-1900. Lokasi penggalian ini terletak di antara Curia Julia dan Arch of Septimius Severus di Forum Roma.
Upaya penggalian Boni berhasil mengungkapkan trotoar hitam seluas empat belas meter persegi, yang di bawahnya ada ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah itu berasal dari antara abad ke-6 Sebelum Masehi hingga abad ke-2 Sebelum Masehi.
Trotoar ini mengandung endapan nazar yang substansial dalam kerikil. Mulai dari hadiah persembahan, berhala kecil, potongan relief terakota, pecahan vas dan tulang belulang hewan kurban, hingga koleksi batu hasil kerajinan tangan.
Dahulu, tempat suci ini memiliki sebuah altar berbentuk tapal kuda terbuka dari tahun 350-300 Sebelum Masehi. Selain itu, tempat suci ini juga memiliki sebuah kolom yang mungkin didedikasikan untuk pemujaan kultus dan sebuah prasasti bertuliskan dengan teks boustrophedonik yang tetap menjadi contoh paling awal dari sebuah prasasti Latin Kuno yang berasal dari 570–550 Sebelum Masehi.
Arti dari prasasti itu sulit untuk dipahami. Namun beberapa ahli telah menyarankan bahwa prasasti itu mengacu pada bagian kuno dari hukum ritual.
Yang pasti, teks dalam prasasti tersebut menyebutkan "rex", yang bisa merujuk pada raja-raja Romawi selama periode kerajaan Romawi, atau "rex sacrorum" selama masa Republik.
Selama Kekaisaran Romawi, tempat kudus itu dipandang sebagai tempat yang sangat penting. Namun tempat itu kemudian dikaburkan dalam mitologi kuno dan beberapa cerita yang saling bertentangan mengenai asal-usulnya.
Para penulis dari periode Kekaisaran awal seperti Dionysius dari Halicarnassus, Plutarch, Varro, dan Pompeius Festus, menulis tentang tempat kudus itu dengan cara yang tidak pasti dan ambigu.
Dikutip dari Heritage Daily, salah satu teks oleh Festus menyatakan, "Batu hitam di Comitium menandai tempat yang tidak beruntung: menurut beberapa orang itu dimaksudkan untuk dijadikan makam Romulus, tetapi niat ini tidak dilakukan, dan di tempat Romulus itu, ayah angkatnya, Faustulus, dimakamkan; menurut orang lain itu adalah makam Hostus Hostilius, ayah dari raja ketiga Tullus Hostilius."
Lapis Niger bersama dengan Vulcanal adalah dua bagian yang diketahui dari Comitium kuno yang terkhir bertahan karena periode reorganisasi Forum dan ruang Comitium. Comitium adalah pusat publik untuk sebagian besar kegiatan politik dan peradilan Romawi awal.
Namun kemudian, Lapis Niger hanya menjadi gudang untuk benda-benda yang mengingatkan orang-orang Romawi tentang masa lalu monarki mereka. Hal ini dibuktikan dengan simpanan nazar yang dikuburkan di Lapis Niger sehingga tempat ini menjadi 'tempat memori' terpadu di akhir zaman Republik.
Lapis Niger juga menjadi tempat yang berhubungan dengan kematian, menyedihkan, dan fatal yang kemudian ditandai dengan pasti oleh pembuatan trotoar hitam di atasnya. Pada akhirnya tujuan awal sebenarnya dari keberadaan tempat suci ini kemudian dikaburkan dan dilupakan oleh orang-orang Romawi selama periode Kekaisaran.
Comments
Post a Comment