Delator, Pengumpul Gosip Romawi yang Bertugas Ajukan Pelanggaran
Di masa lalu, ada banyak profesi yang tidak biasa yang dibayar dengan baik. Namun sebagian merupakan pekerjaan tidak terhormat, seperti para pengumpul gosip di Romawi kuno.
Di Romawi kuno, ada orang yang bekerja sebagai pengadu, pengumpul gosip atau delator. Mereka adalah informan profesional yang dibayar untuk mengumpulkan gosip tentang penduduk kota.
Mereka mengajukan informasi tentang pelanggaran yang dapat dihukum. Delator bahkan dapat mengajukan tuduhan publik, yang benar atau bohong, terhadap siapa pun. Yang terakhir ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan sejumlah uang dari hasil memeras.
Siapa yang membutuhkan jasa mereka? “Delator memberikan informasi yang dibutuhkan jaksa dalam persidangan,” tutur Conny Waters dilansir dari laman Ancient Pages.
Dalam administrasi hukum Romawi, tidak ada pejabat publik yang setara dengan jaksa agung di dunia modern. Penuntutan pelanggaran terhadap hukum publik diserahkan kepada warga negara.
Kewenangan ini bahkan dianggap sebagai paladium kebebasan Romawi. Ini merupakan hak warga negara untuk memulai penuntutan dan membawa ke hadapan pengadilan yang tepat, praetor, atau senat, setiap pelanggar yang telah terdeteksi oleh kewaspadaannya. Di pengadilan, tuduhan dibeberkan lewat pidato sesuai dengan kefasihan penuntut.
Tugas delator adalah menunjukkan kepada pengadilan bahwa seseorang melakukan perbuatan yang dapat dihukum.
Delator adalah bagian yang jelas dari citra kekaisaran Roma; kemungkinan mereka ditampilkan dalam sejarah apa pun yang mencakup Principatus. Principatus merupakan periode pertama dalam Kekaisaran Romawi.
“Mereka digambarkan sebagai orang-orang rendahan, yang berusaha untuk bangkit di dunia melalui imbalan informasi mereka,” ungkap O.F. Robinson dalam jurnalnya ‘The Role of Delators’.
Delator hadir menuruti ketakutan para tiran kekaisaran dengan tuduhan pengkhianatan yang tidak dapat dibenarkan.
Orang-orang ini – penuduh, informan – masuk ke dalam area menarik di mana hukum dan sejarah bersentuhan.
Tidak ada keraguan tentang keberadaan delator yang sebenarnya sebagai elemen. “Mereka bahkan elemen esensial dari prosedur hukum Romawi,” tutur Robinson. Kehadiran delator adalah langkah pertama yang penting dalam percobaan apa pun sebelum quaestiones perpetuae, diperkenalkan pada akhir abad kedua SM.
Delator diciptakan untuk melayani tujuan-tujuan kekuasaan yang sewenang-wenang. Maka tidak heran jika mereka mendapatkan bayaran yang besar. Seperti prospek kekayaan, status selebritas, bantuan Principatus, dan juga kekuasaan serta pengaruh.
“Kadang-kadang si penuduh bahkan dihadiahi hak kewarganegaraan, tempat di senat, atau bagian dari properti si tertuduh,” Walters mengungkapkan.
“Mereka bisa menghasilkan banyak uang, tetapi tentu sPara informan ini menerima jumlah uang yang tetap untuk setiap informasi. Atau persentase denda yang harus dibayar pelaku untuk kejahatan yang dilakukan.
Warga kaya menjadi sasaran empuk para delator ini karena uang yang bisa dihasilkan darinya.
Nilai dan kebenaran gosip yang dikumpulkan oleh para informan ini diperdebatkan. Sering kali warga negara dihukum atas tuduhan palsu. Meski beberapa kejahatan tidak akan mendapatkan hukuman dalam dunia modern, lain halnya dengan masa Kekaisaran Romawi.
Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada ksatria Caisu Lutorius Priscus. Ia dijatuhi hukuman mati setelah menulis puisi saat mabuk. Ksatria itu menulis puisi yang terkenal, meratapi kematian Germanicus, yang untuknya dia menerima hadiah uang dari Tiberius.
Ia kemudian ditangkap oleh seorang informan atas tuduhan membacakan kepada beberapa wanita berpangkat puisi lain yang dia buat ketika Drusus sakit. Dan jika Drusus meninggal, dia membual bahwa dia akan menerbitkan dengan penghargaan yang lebih besar. Bagi orang di dunia modern, ini bukan pelanggaran serius. Tapi setelah banyak diperdebatkan di senat, Priscus dibawa ke penjara dan langsung dihukum mati.aja tidak terlalu populer di kalangan warga,” tambah Waters.
Comments
Post a Comment