Temuan Mumi Manusia Garam Asal Iran Kuno dari Tambang Chehrabad
Berdasarkan laman Indonesian Chef Association, pengasinan atau menggunakan garam dapat mengeluarkan kelembapan makanan. Garam menjaga makanan dengan menarik air keluar dari makanan, dan mencegah bakteri yang merusak makanan. Makanan cenderung rusak karena kelembapan yang menyebabkan mikroorganisme merusak makanan. Namun, bagaimana bila garam mampu mengawetkan mayat hingga menjadi mumi?
Pernahkah mendengar mengenai mumi yang lama tersimpan di dalam sebuah tambang garam? Mengapa bisa ditemukan mumi pada tambang garam?
Di barat laut Iran, dekat desa Hamzehli, Mehrabad dan Chehrabad, Provinsi Zanjan, terdapat sebuah kubah garam besar yang menjulur ke daerah bebatuan di sekitarnya. Kubah garam yang terdiri dari bebatuan salim, khususnya gypsum, tanah liat dan garam baru diendapkan selama periode Miosen sekitar 5 hingga 23 juta tahun yang lalu. Terdapat banyak tambang garam pada sisi tenggara gunung dan telah beroperasi sejak jaman dahulu.
Sebuah penemuan yang mengejutkan terjadi, yaitu ditemukannya mumi garam atau Manusia garam. Manusia garam adalah sekelompok mumi asli yang ditemukan di Tambang Garam Chehrabad, Iran. Tambang garam tersebut berada di Provinsi Zanjan, sekitar 340 km atau 211,27 mil barat laut Teheran.
Selama operasi penambangan garam di Tambang Chehrabad pada 1994, para penambang menemukan sebuah kepala yang sudah sangat tua. Garam telah mengawetkan kepala dan menyimpannya dengan sangat baik, termasuk telinga yang ditindik dan masih terdapat anting-anting emas.
Mumi tersebut merupakan orang-orang yang meninggal di tambang garam. Sebanyak enam manusia garam ditemukan selama bertahun-tahun dan berasal dari era yang berbeda, yaitu periode Achaemenid dan Sasanian.
Manusia garam pertama yang merupakan peninggalan Kekaisaran Sasania berumur 1.700 tahun dan diperkirakan meninggal pada usia 35 atau 40 tahun. Manusia garam pertama sangat mudah dikenali karena memiliki rambut, kumis, dan janggut yang putih panjang.
Penggalian terus dilanjutkan dan berhasil menemukan beberapa bagian tubuh yang hilang dari manusia garam pertama, seperti kaki yang masih memakai sepatu bot kulit. Selain itu, ditemukan pula tiga pisau besi, celana panjang wol, jarum perak, selempang, bagian dari tali kulit, batu asahan, kenari, beberapa pecahan tembikar, potongan tekstil bermotif, dan beberapa patahan tulang.
Diyakini bahwa terjadi insiden kecelakaan pertambangan yang menyebabkan pria tersebut kehilangan nyawa. Manusia garam pertama yang ditemukan kemudian disimpan di National Museum of Iran, sementara empat mumi lain dibawa ke Zanjan Archaeology Museum.
Setahun kemudian, tepatnya 2004, ditemukan tubuh mumi kedua yang berusia 1.500 tahun dari era Kekaisaran Sasania. Penggalian tidak berhenti sampai disitu. Mulai pada 2005, lalu pada 2006 terjadi kerjasama antara Kantor Berita Warisan Budaya Iran dan German Mining Museum. Lalu pada 2007, Oxford University dan University of Zurich, Swiss, bermitra untuk menginvestigasi keseluruhan tambang.
Kerjasama-kerjasama tersebut menghasilkan penemuan empat manusia garam lainnya. Keempat manusia garam tersebut berasal dari era Kekaisaran Persia Pertama, Achaemenids, yang berusia 2.200 tahun yang lalu.
Manusia garam keempat diidentifikasi sebagai seorang anak laki-laki berusia enam belas tahun dengan tinggi sekitar 170 hingga 175 cm dengan anting di telinga, rambut coklat pendek, pisau logam dalam sarung kulit. Mumi keempat memiliki pakaian lengkap, termasuk celana panjang, mantel dan sepatu kulit. Mumi keempat diperkirakan tewas karena terperangkap reruntuhan gua.
Namun, penggalian harus dihentikan pada 2008 karena kurangnya fasilitas konservasi yang menyebabkan manusia garam keenam tidak tersentuh dan tertinggal di tambang.
Penemuan manusia garam telah membantu para arkeolog untuk melihat kehidupan para penambang garam kuno. Banyak penelitian yang dilakukan pada area tersebut, meliputi archaeobotani, archaeozoology, analisis isotop, arkeologi pertambangan dan antropologi fisik. Studi-studi tersebut membantu para arkeolog untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang praktik penambangan kuno. Misalnya, dengan memeriksa berbagai artefak dan ekofakta pada lapisan stratigrafi di tiga fase penambangan berbeda, yaitu Achaemenid, Sasanian dan Islam.
Penelitian membuktikan bahwa praktik pertambangan sangat berbeda di periode Sasanian. Pertambangan didirikan di wilayah sekitar dan pasokan dibagi berdasarkan wilayah pada data isotop.
Sedikit berbeda dengan periode Sasanian, pada periode Achaemenid ditemukan penambang asing yang bekerja di tambang garam. Tambang berada lebih jauh dan para penambang tidak menetap di sekitar tempat mereka kerja.
Penelitian yang banyak dilakukan membantu mengungkap fakta tentang manusia garam. Sejauh ini dilaporkan terdapat enam manusia garam yang telah ditemukan. Namun, analisis anatomi pada mumi mengungkapkan bahwa mumi terdiri dari beberapa bagian tubuh. Yang awal diyakini berasal dari satu individu ternyata berasal dari tubuh yang berbeda. Oleh karena itu, disarankan agar jumlah manusia garam seharusnya dihitung delapan atau bahkan lebih.
Mumi-mumi tersebut memberikan para arkeolog dan ilmuwan informasi tentang para penambang, makanan mereka, asal mereka, dan operasi penambangan. Karena pada salah satu mumi garam yang berusia 2.200 tahun ditemukan telur cacing pita di ususnya. Hal ini menunjukkan bahwa mumi tersebut memakan daging mentah atau setengah matang.
Berdasarkan laman worldhistory.org, temuan arkeologis menemukan tulang binatang yang menunjukkan bahwa para penambang memakan domba, kambing, dan babi dan sapi. Temuan arkebotani yang tercatat juga menunjukkan berbagai tanaman budidaya yang dimakan para penambang. Penemunan ini menunjukkan adanya lahan pertanian di sekitar tambang.
Adanya cacing pita pada manusia garam merupakan kasus pertama parasit di Iran kuno dan bukti paling awal dari parasit usus purba. Manusia garam mengalami patah tulang di sekitar mata dan kerusakan lain sebelum kematian akibat pukulan keras di kepala.
Comments
Post a Comment