Arkeolog Gunakan Batu “Kawah Dinosaurus” dan Gigi Prasejarah untuk Telusuri Jejak Manusia Purba
Di mana tempat yang paling baik untuk memulai ketika menelusuri kembali kehidupan seseorang yang hidup 4000 tahun lalu? Nyatanya, sederhana: anda mulai dari awal.
Menggunakan metode yang dikenal untuk membantu ahli forensik menyelesaikan kasus yang belum terpecahkan, mahasiswa pendidikan doktor dari University of Florida, Ashley Sharpe, menciptakan sebuah peta untuk menentukan tempat lahir manusia purba dan binatang di Amerika Tengah. Para arkeolog akan menggunakan peta tersebut untuk mencocokkan penemuan bagian dalam batuan dasar dari lokasi tertentu sampai sumber yang membuat penasaran: gigi tua yang berumur ribuan tahun.
Penentuan lokasi kelahiran dan kematian akan membantu Sharpe dan arkeolog lain menelusuri jejak perpindahan suku Maya prasejarah dan berpotensi memecahkan misteri di sekitar asal muasal peradaban dan akhir kematiannya.
Sharpe mengambil sampel isotop unggul yang ditemukan di dalam batuan, yang berfungsi sebagai tanda-tanda warga setempat, dari Kawah Chicxculub di Semenanjung Yucatan--situs dampak dari asteroid yang memusnahkan dinosaurus—dan tempat-tempat di Belize, Guatemala, dan Honduras. Rincian dari penelitian baru tersebut dijelaskan dalam PLOS ONE edisi November.
“Jika saya menemukan manusia purba suku Maya yang dikubur di Yucatan, Meksiko. Saya dapat melakukan analisis kimia pada bagian depan dari gigi mereka dan menemukan cerita yang sangat berbeda,” ungkap Sharpe, lulusan dari jurusan Antropologi dan program Arkeologi Lingkungan University of Florida yang bertempat di Florida Museum of Natural History di kampus University of Florida musim gugur ini. “Mungkin mereka berasal dari Guatemala. Ini dapat mengubah pandangan kita dalam segala hal.”
Ketika enamel gigi kita terbentuk pada masa kecil, itu menggabungkan unsur-unsur dari lingkungan sekitar, termasuk debu yang kita hirup dari lapisan batuan di bawah kaki kita. Di sisi lain, tulang kita berubah setiap beberapa tahun. Ketika kita membusuk, tulang kita menyerap material di sekitar tempat kita dikubur seperti spons.
Sebagai zat yang paling keras dalam tubuh manusia, berbeda dengan enamel gigi. Ia menawarkan menuju jendela sejarah kehidupan.
Menyusuri perpindahan manusia melalui gigi mereka memberikan petunjuk tentang hubungan pernikahan dan praktek perbudakan. Membangun pengetahuan tentang kehidupan manusia dapat membantu arkeolog untuk menggambarkan kelompok mana yang musuh, mana yang berkawan, dan bagaimana suku Maya berkomunikasi dan menjelajah kota-kota. Ini dapat mengiring kita kepada pengertian yang lebih baik terhadap bagaimana jaringan komunikasi dibangun diantara suku Maya, kata Sharpe.
Sebelumnya, ahli antropologi forensik University of Florida menggunakan analisis timah untuk melacak kelahiran korban pembunuhan yang tak dikenal. Arkeolog University of Florida juga menggunakan analisis timah untuk melacak manusia purba di Peradaban Lembah Indus.
Ahli antropologi forensik University of Florida menggunakan analisis timah untuk melacak kelahiran korban pembunuhan tak dikenal, yang dapat membantu ??polisi penyidik mempersempit pencarian mereka terhadap orang-orang hilang ke daerah, negara atau wilayah tertentu. Arkeolog lain di University of Florida telah memasukkan analisis timah dalam penelitian yang digunakan untuk melacak manusia purba dari Peradaban Lembah Indus.
"Jurusan Antropologi di University of Florida menjadi pusat untuk penelitian berbasis timah," kata Sharpe. "Dengan kata lain, kami tempat yang tepat jika Anda ingin untuk melacak asal-usul suatu kerangka purba atau modern."
Peneliti menggali esensi dengan cara menghancurkan gigi terlebih dahulu, kemudian memasukkan partikel secara induktif beserta massa plasma spektrometer. Suhu di dalam mesin bisa lebih panas dari matahari, dengan memisahkan bagiannya.
Polusi membuat menggunakan timah untuk mengidentifikasi tempat kelahiran orang-orang modern yang lebih rumit.
Jika seseorang menggali sisa-sisa masyarakat asli Florida 1.000 tahun dari sekarang, bagian dalam gigi mereka mungkin akan sama seperti orang-orang dari seluruh negeri karena kita semua menghirup polusi yang serupa, di mana mencemari timah tersebut, kata rekan penulis studi John Krigbaum, seorang antropolog biologi di University of Florida.
"Kembali pada masa prasejarah, orang-orang merupakan hasil dari asal di mana mereka tumbuh, makanan yang mereka makan dan udara yang mereka hirup," kata Krigbaum. "Itu juga terjadi hari ini."
Comments
Post a Comment