Misteri Wabah Aneh Tahun 1518: Bikin Orang Menari Sampai Mati

 Kisah ini berawal pada musim panas 5 abad lalu di kota Strasbourg, Prancis. Tepatnya pada tahun 1518, warga sekitar memperlihatkan perilaku tidak biasa dengan gerakan tangan yang lunglai melambai, tubuh mengayun dan pakaian mereka basah karena keringat.

Warga di kota itu menari dan terus menari, pagi hingga malam, tanpa henti. Sesekali mereka berhenti hanya untuk makan dan minum. Mereka tampak kelelahan dan kaki mereka penuh luka karena tidak berhenti menari. Namun hal itu tidak membuat mereka berhenti.

Bukan, bukan karena festival atau perayaan menggembirakan lainnya. Mereka terserang sebuah wabah paling aneh yang pernah terjadi sepanjang sejarah, wabah menari massal. Berdasarkan laporan sejarah yang ditulis pada tahun 1530 oleh dokter Paracelsus, kejadian ini bermula pada Juli 1518.

Seorang wanita bernama Frau Troffea turun ke jalan dan mulai menari. Aksinya tersebut mencuri perhatian warga yang akhirnya merasa terhibur dengan tarian tersebut. Troffea mendapatkan tepuk tangan meriah karena ia tidak berhenti menari.

Ia menari selama 6 hari dan berhenti sejenak untuk beristirahat. Hari demi hari, jumlah penari semakin banyak. Hingga pada akhirnya, menari massal justru menjadi hal yang menakutkan bagi kaum elite pengelola kota, salah satunya penulis Sebastian Brant, yang menulois Ship of Fools, tentang kebodohan tarian.

Karena ketakutan, ia dan anggota dewan kota lainnya berkonsultasi dengan dokter setempat. Ia mendiagnosis bahwa wabah tarian itu terjadi karena darah di bagian otak terlalu panas. Dokter menyarankan bahwa salah satu cara mengatasinya ialah dengan terus menari.

Misteri Wabah Aneh Tahun 1518: Bikin Orang Menari Sampai Mati (1)

Untuk itu, pemerintah kota membuat tempat khusus bagi para penari di ruang kota yang luas dan membuat panggung serta memanggil seorang musisi untuk para penari. Namun hal itu justru semakin parah. Mereka semakin tak berhenti menari hingga beberapa orang tak sadarkan diri dan meninggal dunia.

Akhirnya, para penari dibawa ke kuil St. Vitus yang terletak di sebuah gua di perbukitan di atas kota Saverne. Di sana, mereka diberikan alas kaki berupa sepatu merah untuk melindungi kaki mereka yang sudah berlumuran darah. Mereka dituntun mengelilingi patung kayu, sebagai bagian dari ritual penebusan dosa.

Setelah melakukan hal tersebut, beberapa minggu kemudian, mereka tidak lagi menari-menari. Itulah akhir dari wabah menari massal.

Salah satu teori mengatakan bahwa fenomena menari massal terjadi karena kerasukan. Mereka meyakini bahwa itu adalah kutukan St. Vitus yang marah. Di sisi lain, tercatat ada banyak konflik di kota yang menyebabkan warga menghadapi kesulitan seperti konflik sosial, agama, penyakit, gagal panen yang menyebabkan kesengsaraan yang meluas.

Teori lainnya mengatakan bahwa hal itu terjadi karena para penari keracunan makanan jamur yang mengandung LSD. Anehnya, efek LSD biasanya hanya bertahan selama beberapa jam saja, tidak berhari-hari. Apa benar karena kerasukan, ya?

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Kapal, Tempat Paling Angker di Lampung

Legenda Snoligoster

Misteri Makam Suleiman, Sultan Termahsyur Kekaisaran Utsmaniyah